Museum Nasional (Museum Gajah)


      Disusun oleh :
 Mega Nurjanah


Kelas : 1EA09



FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015




Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Kunjungan ke Museum Nasional” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Meti Nurhayati selaku Dosen mata kuliah Ilmu Budaya Dasar yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pentingnya peninggalan bersejarah. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran.



Depok, 15 November 2015



Mega Nurjanah





1.     Sejarah Museum Nasional
Museum Nasional berawal dari pendirian suatu himpunan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG), oleh Pemerintah Hindia Belanda pada 24 April 1778. Pada masa itu di Eropa tengah terjadi revolusi intelektual (the Age of Enlightenment) yang ditandai perkembangan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan. Pada 1752 di Haarlem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah Belanda). Hal ini mendorong orang-orang Belanda di Batavia (Indonesia) untuk mendirikan organisasi sejenis.
BG merupakan lembaga independen, untuk tujuan memajukan penetitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi, dan sejarah. Selain itu BG menerbitkan berbagai hasil penelitian. Lembaga ini mempunyai semboyan "Ten Nutte van het Algemeen" (Untuk Kepentingan Masyarakat Umum).
Salah seorang pendiri lembaga ini, JCM Radermacher, menyumbangkan sebuah rumah miliknya di Jalan Kalibesar, suatu kawasan perdagangan di Jakarta-Kota. Dia juga menyumbangkan sejumlah koleksi benda budaya dan buku yang amat berguna. Sumbangan Radermacher inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya museum dan perpustakaan.
Selama masa pemerintahan Inggris di Jawa (1811-1816), Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles menjadi direktur perkumpulan ini. Oleh karena rumah di Kalibesar sudah penuh dengan koleksi, Raffles memerintahkan pembangunan gedung baru untuk digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dulu disebut gedung "Societeit de Harmonie"). Bangunan ini berlokasi di Jalan Majapahit nomor 3. Sekarang di tempat ini berdiri kompleks gedung Sekretariat Negara, di dekat Istana Kepresidenan.
Jumlah koleksi milik BG terus neningkat hingga museum di Jalan Majapahit tidak dapat lagi menampung koleksinya. Pada 1862 pemerintah Hindia-Belanda memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang sekarang, yaitu Jalan Medan Merdeka Barat No. 12 (dulu disebut Koningsplein West). Tanahnya meliputi area yang kemudian di atasnya dibangun gedung Rechst Hogeschool atau "Sekolah Tinggi Hukum" (pernah dipakai untuk markas Kenpetai di masa pendudukan Jepang, sekarang Kementerian Pertahanan dan Keamanan). Gedung museum ini dibuka untuk umum pada 1868.
Museum ini sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya penduduk Jakarta. Mereka menyebutnya "Gedung Gajah" atau "Museum Gajah" karena di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada 1871. Kadang kala disebut juga "Gedung Arca" karena di dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai periode sejarah.
Pada 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar "koninklijk" karena jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga lengkapnya menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (KBG). Pada 26 Januari 1950 KBG diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin dalam semboyan barunya: "memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya".
Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat. Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.
Kini Museum Nasional bernaung di bawah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Museum Nasional mempunyai visi yang mengacu kepada visi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, yaitu "Terwujudnya Museum Nasional sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan kebanggaan terhadap kebudayaan nasional, serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antarbangsa".
2.     Ciri Khas Museum Nasional

Museum Gajah banyak mengkoleksi benda-benda kuno dari seluruh Nusantara. Antara lain yang termasuk koleksi adalah arca-arca kuna, prasasti, benda-benda kuna lainnya dan barang-barang kerajinan. Koleksi-koleksi tersebut dikategorisasikan ke dalam etnografi, perunggu, prasejarah, keramik, tekstil, numismatik, relik sejarah, dan Emas. Sumber koleksi banyak berasal dari penggalian arkeologis, hibah kolektor sejak masa Hindia Belanda dan pembelian.
 
Museum Nasional merupakan museum yang utamanya berisi dengan berbagai peninggalan arkeologi Indonesia. Beratus arca berbagai ukuran dari seukuran dompet hingga lebih besar dari manusia ada disana. Arca-arca ini merupakan kumpulan dari berbagai penemuan arkeologies yang ada di beberapa tempat di tanah air. Tidak hanya arca, penemuan berupa fosil yang diperoleh dari lembah sungai Trinil, beberapa diantaranya juga disimpan di museum ini. Hasil kerajinan khas suatu daerah dalam bentuk patung maupun kain dan juga bentuk bangunannya juga ikut dipamerkan pada Museum Nasional ini. Selain itu, banyak juga koleksi keramik dari negeri-negeri tetangga seperti Thailand, Cina, Jepang dan lain-lain yang ditemukan di wilayah Indonesia.

3.     Bangunan Museum Nasional

Dengan gaya Klasisisme, gedung Museum Nasional Republik Indonesia adalah salah satu wujud pengaruh Eropa, terutama semangat Abad Pencerahan, yang muncul pada sekitar abad 18. Gedung ini dibangun pada tahun 1862 oleh pemerintah sebagai tanggapan atas perhimpunan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang bertujuan menelaah riset-riset ilmiah di Hindia Belanda.
Museum Nasional merupakan museum yang utamanya berisi dengan berbagai peninggalan arkeologi Indonesia. Beratus arca berbagai ukuran dari seukuran dompet hingga lebih besar dari manusia ada disana. Arca-arca ini merupakan kumpulan dari berbagai penemuan arkeologies yang ada di beberapa tempat di tanah air. Tidak hanya arca, penemuan berupa fosil yang diperoleh dari lembah sungai Trinil, beberapa diantaranya juga disimpan di museum ini. Hasil kerajinan khas suatu daerah dalam bentuk patung maupun kain dan juga bentuk bangunannya juga ikut dipamerkan pada Museum Nasional ini. Selain itu, banyak juga koleksi keramik dari negeri-negeri tetangga seperti Thailand, Cina, Jepang dan lain-lain yang ditemukan di wilayah Indonesia. Museum Nasional memiliki 2 Gedung Antara Lain :

1.      Gedung Gajah
yang meliputi :
a.       Ruang Pameran Koleksi Sejarah (Historic Collections)
b.      Ruang Pameran Koleksi Etnografi (Ethnography Collections)
c.       Ruang Pameran Koleksi Geografi (Geography Collections)
d.      Ruang Pameran Koleksi Prasejarah (Prehisictoric Collections)
e.       Ruang Pameran Koleksi Arkeologi (Archaeology Collections)
f.       Ruang Pameran Koleksi Numismatik / Heraldik & Keramik Asing (Numismatic / Heraldic & Ceramic Collection).

2.      Gedung Arca,
yang meliputi 4 lantai berikut dengan deskripsinya :
a.       Lantai 1
Manusia dan Lingkungan ( The first floor is the Nature and Environment)
Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain berupa fosil-fosil  jaman prasejarah dan kehidupan keseharian manusia purba yang masih sangat primitif.

b.      Lantai 2
Ilmu Pengetahuan, Ekonomi dan Teknologi (Second floor for economic and trade)
Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain berupa prasasti dari beberapa periode kerajaan, keramik, alat navigasi saat berlayar, alat berburu dan memotong, alat transportasi sepeda dan kapal serta koleksi lainnya.

c.       Lantai 3
Organisasi Sosial dan Pola Pemukiman (Third floor is the social organization)
Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain berupa menhir, nekara, rumah adat, sisir, prasasti, mahkota kerajaan, alat penangkap ikan dan koleksi-koleksi lainnya

d.      Lantai 4
Koleksi Emas dan Keramik Asing (Fourth floor is the Regalia/The Gold Objects and Ceramics).
Di lantai ini penjagaannya ketat mungkin karena koleksinya adalah berupa emas dan keramik asing sehingga perlu pengawasan yang ekstra agar tidak terjadinya pencurian atau pembobolan.

Gedung ini merupakan gedung baru yang disediakan oleh Museum Nasional. koleksi-koleksi yang ada dipisah-pisah berdasarkan perlantai mengikut periode perkembangan/waktu peradaban. Apabila pengunjung ingin naik ke lantai diatasnya, tidak perlu bersusah-susah menggunakan tangga manual/darurat karena fasilitas lift telah tersedia disetiap lantai.

4.      Jam Buka

Selasa – Kamis
08.30 - 14.30
Jumat
08.30 - 11.30
Sabtu
08.30 - 13.30
Minggu
08.30 - 14.30
Senin & Hari Libur Nasional
Tutup


5.      Karcis Masuk
Dewasa
Rp 5000 (Perorangan)
Rp 3000 (Rombongan)
Anak-anak
Rp 2000 (Perorangan
Rp 1000 (Rombongan)
Turis
Rp 10.000


















Tempat pembelian Ticket Museum Nasional 
 
6.     Peta Lokasi Museum Nasional

 
Museum Nasional Republik Indonesia atau Museum Gajah, adalah sebuah museum yang terletak di Jakarta Pusat dan persisnya diJl. Medan Merdeka Barat No.12, Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110, Indonesia. Museum ini merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara.
Cikal bakal museum ini lahir tahun 1778, tepatnya tanggal 24 April, pada saat pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. J.C.M. Radermacher, ketua perkumpulan, menyumbang sebuah gedung yang bertempat di Jalan Kalibesar beserta dengan koleksi buku dan benda-benda budaya yang nanti menjadi dasar untuk pendirian museum.

7.      Alamat

Jalan Medan Merdeka Barat 12, Jakarta 10110
Telepon +62 21 386-8172

 

8.      Transportasi ke Museum Nasional
~dari Universitas Gunadarma kampus E, naik angkutan umum 112 atau D11, turun di Pondok Cina
~dari Pondok Cina naik Commuter line turun di Gondangdia
~dari Gondangdia naik angkutan Bajaj menuju Monas
~dari Monas jalan kaki menuju Monumen Nasional sekitar 15 menit

9.      Koleksi Arkeologi


Koleksi Arkeologi meliputi benda-benda budaya hasil kegiatan manusia dari masa Hindu Buddha dan lebih dikenal dengan sebutan masa Klasik Indonesia. Masa ini berlangsung dari awal abad ke-5-15 Masehi, dimana berkembang kebudayaan lokal yang dipengaruhi oleh kebudayaan India.
Koleksi Arkeologi di Museum Nasional terdiri dari arca dewa-dewa Hindu, arca Buddha, arca perwujudan, arca binatang, perhiasan, peralatan upacara, bagian bangunan, mata uang, prasasti, dan lain-lain. Koleksi-koleksi tersebut terbuat dari emas, perak, perunggu, batu, dan tanah liat yang dibakar.
Koleksi Arkeologi sebagian besar berasal dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, misalnya temuan emas yang sangat bernilai dari desa Wonoboyo, Jawa Tengah; arca batu Prajñaparamita dari Singosari, Jawa Timur. Selain itu juga memiliki koleksi-koleksi penting lainnya, seperti prasasti tertua di Indonesia, yaitu prasasti Yupa dari Muara Kaman, Kutai Kalimantan Timur; prasasti-prasasti dari kerajaan Tarumanegara; dan prasasti-prasasti yang berasal dari masa kerajaan Sriwijaya. Arca Bhairawa Buddha dari Padang Roco, Sumatera Barat juga merupakan koleksi Arkeologi yang cukup menarik perhatian dilihat dari ukurannya yang sangat besar.
1.      Candi Pulo Relief

Candi Pulo adalah salah satu dari banyak kuil batu bata rumit dibangun oleh sebuah sekte Buddha esoterik di dataran Padang Lawas. 'Padang Lawas', yang berarti 'polos lebar', terletak di antara dua pegunungan yang menjalankan panjang Sumatera, dan di sini bahwa patung besar Adityavarman (berlawanan) ditemukan. Kultus tampaknya telah dipraktekkan varian dari Vajrayana Buddhisme, dan ada indikasi bahwa itu bersekutu dengan sekte di Nepal dan Sri Lanka




2.      Buddha Amitabha

Buddha ini dalam dalam meditasi dan tangannya beristirahat di pangkuannya dengan sikap meditasi simbolik, dhyana-mudra. Seperti semua gambar duduk Buddha-mudra. Seperti semua gambar duduk Buddha di Borobudur, ia dibalut kebiasaan biksu hening dan bahu kanannya telanjang. Sesuai ketat dengan deskripsi penampilan Buddha dalam teks-teks kanonik, ikal berjarak dekat dari rambut dan mata ketiga (urna) di dahinya semua berubah searah jarum jam. The tonjolan tengkorak (usnisa) hadir. Hidung Buddha diucapkan adalah mirip dengan India Gupta prototipe, tapi wajah bundar mencerminkan fisiognomi Jawa dan memberikan gambar kualitas yang lebih lembut daripada rekan-rekan Indianya. Patung ini merupakan salah satu dari 504 patung Buddha dari tempat kudus Buddha Borobudur.




3.      Prasasti Klurak
Prasasti ini berbentuk batu dan berasal dari Desa Klurak, Prambanan Yogyakarta. Prasasti ini berbahasa Sansekerta dengan Aksara Pra Nagari. Berisi tantangan pendirian sebuah bangunan suci untuk Majusri atas perintah Raja Indra.



4.      Shiva Sebagai Mahadewa (Maha Allah)

Ini sosok Siwa juga diyakini sebagai patung penguburan dari Raja Erlangga, yang adalah seorang raja besar dari Jawa Timur sekitar tahun 1000 Masehi. Pengaruh Cina terlihat di dekorasi. Benang suci atau kabel kasta (upaita) adalah dalam bentuk ular dan headdrees patung dihiasi dengan setengah-moon dan tengkorak; keduanya simbol Siwa. Patung ini sangat terawat baik.





5.      Raja Kertarajasa

Diperkirakan bahwa pameran berpola rumit ini adalah rupa Raja Kertarajasa dengan atribut dari dewa Hindu, Siwa. Sebuah trisula allegrical dengan tiga api melekat pada jari telunjuk dari mengangkat tangan kiri patung, sementara pada telunjuk kanan adalah cangkang keong dikelilingi oleh halo. Dengan usaha yang tidak biasa di realisme, pematung telah digambarkan siput dengan tanduk panjang muncul dari cangkangnya dan bisa ditafsirkan bahwa ini melambangkan jiwa berangkat dari tubuhnya. Ini adalah salah satu alasan mengapa patung ini diyakini patung pemakaman Raja Kertarajasa. Candi Sumberjati, di mana patung awalnya berdiri, juga penguburan kuil raja.



6.      Trimurti
Kelompok patung mewakili Trinitas Hindu-Brahma, Wisnu dan Siwa - dewa tertinggi di jajaran Hindu. Mereka berdiri di atas tunggangan karakteristik mereka: masing-masing, angsa, garudaand banteng tersebut. Di masing-masing dewa 'empat tangan adalah benda yang mewakili atribut khusus untuk dewa-dewa Hindu yang deity.These havebeen dihormati di banyak daerah di Indonesia, khususnya Jawa, sejak abad kelima dan diyakini personifikasi (artais) dari salah satu tertinggi makhluk. Kultus Shiva terutama luas dan banyak kuil (candi) yang didedikasikan untuk dia.



     
7. Top Of A Bell

Pengecoran perunggu ini sosok seperti singa dan chainis hanya sisa lonceng gantung. Singa memakai gelang polos, pinggang, dan ikat kepala segitiga, dihiasi dengan relief bunga. Lions belum pernah ada di Indonesia. Penggambaran singa ini didasarkan pada mitos yang timbul dari pengaruh budaya India Barat yang datang ke Indonesia dengan Hindu pada awal era ini.


8.      Tara

Kultus Tara menyebar ke Indonesia dari India pada tanggal awal. Dia diyakini menjadi Destroyer dari Ketakutan dan Bestower dari Favours; seperti dia adalah mitra perempuan Avalokitesvara dan perwujudan kasih sayang ini.





9.      Avalokitesvara

Keindahan angka tertentu Avalokitesvara terletak pada ekspresi wajah tenang dan perhiasan sederhana. Avalokitesvara (juga dikenal sebagai Padmapani) adalah Bodhisattava, yang, dalam tradisi Mahayana-Buddha, memilih toremain di bumi untuk membantu sesama manusia daripada mencapai pencerahan diri. Serta penguasa Compassion, penyelamat mengawasi kesejahteraan dunia, Heis manifestasi aktif Buddha Amitabha, semesta Tanah Bliss, domain-nya di barat. Avalokitesvara adalah seorang tokoh yang sangat populer di Indonesia dari 8 ke abad ke-14, dianggap sebagai yang tertinggi dari dewa Buddha dan esensi dari raja-raja yang kuat. Fitur yang khas adalah sosok kecil Amitabha di kepala-gaun nya, teratai merah, yang melambangkan kebangkitan spiritualnya, dan gerakan tangan belas kasih varamudra tersebut.




10.  Jambhala

Jambhala digambarkan di sini sebagai seorang pemuda gemuk duduk di tahta rumit, dengan kaki beristirahat kanannya di Horn of Plenty. Tangan kanannya memegang sepotong buah, yang melambangkan kesuburan dan kelimpahan, sedangkan kirinya bertumpu pada kantong luwak-kulit kekayaan. Sebagai luwak adalah penakluk ular, yang merupakan wali dari harta karun, hewan ini secara tradisional dikaitkan dengan kekayaan. Jambhala adalah Dewa Kekayaan, disembah oleh umat Buddha dan Hindu, yang menyebut dirinya Kuvera. Ini bibir dan hiasan perhiasan dari patung ini pantas disentuh dengan emas.





11.  Parvati

Ini patung Parvati (permaisuri Siwa) diperkirakan juga mewakili Ratu Majapahit, permaisuri Raja Krtarajasa Jayawardhana. Ada mencolok kesamaan antara patung ini dan patung Ardhanari androgini. sementara banyak believethat baik patung berasal dari candi yang sama dan mewakili suami dan istri, ada bukti bahwa patung Krtarajasa awalnya di Candi Sumberjati. The Parveti ditemukan di Candi Rimbi. The Nagarakertagama, sebuah puisi panjang memuliakan pemerintahan Rajasanagara (Hayam Wuruk), menyebutkan Pelantikan patung anumerta nenek raja. Wanita ini, Rajapatni Gayatri dan permaisuri dari Krtarajasa, adalah putri dari Singasari Raja terakhir, Krtanagara. Memang, Krtarajasa menikah empat putri raja. Dengan Gayatri, Krtarajasa memiliki seorang putri, Tribhuwana memerintah atas nama ibunya, yang telah mengambil pesanan suci setelah kematian Krtarajasa pada 1309-dan dengan demikian juga Ratu Majapahit. Tahun 1329 atau 1330, Tribhuwana menikah seorang bangsawan dan di 1334 melahirkan baginya seorang putra, Hayam Wuruk, yang menjadi raja setelah kematian neneknya, yang Rajapatni, di 1350. Meskipun ikonografi dari Parvati dan Ardhanari patung sangat mirip, yang tangan pematung adalah tidak sama. The Parvati lebih lengkap dan lebih lembut, namun lebih formal skor; proporsi adalah idealisasi dari realitas manusia; dan ukiran yang lebih rinci. The Ardhanari patung, dibandingkan, lebih bergaya dan keras, menunjukkan periode sebelumnya.




12.  Prajnaparamita

Prajnaparamita, dewi kebijaksanaan, terlihat di sini duduk dalam postur vajrasana atas alas teratai. Tangannya yang dibesarkan di balik-of-the-wheel-of-hukum berpose (dharmacakramudra). Pada prasasti di atas ukiran relief bunga teratai adalah buku, Prajnaparamita Sutra. Prajnaparamita adalah dewi berdiri tinggi di Mahayana Buddhisme Tantra; dia dianggap sakti, atau permaisuri, Buddha tertinggi (di jajaran Buddha dikenal sebagai Vajradhara); ia melambangkan pengetahuan yang sempurna. Seperti banyak patung-patung dari Jawa Timur, yang satu ini dianggap sebagai 'patung potrait' dari Ratu, mungkin Ken Dedes, istri infamously indah dari raja pertama Singasari, Ken Angrok.




13.  Prasasti Mulawarmman

Prasasti ini berasal dari Kutai Kalimantan Timur, Prasasti ini diperkirakan dibuat pada awal abad ke-5 M. Prasasti ini beraksara Pallawa, dan Bahasa Sansekerta. Isinya tentang kebaikan sang Mulawarmman yang memberikan sedekah banyak sekali dengan disaksikan para Brahmana


14.  Adityavarman
 
Patung monumental ini adalah dalam bentuk Bhairawa-makhluk setan yang mewujudkan impuls Negatif. Angka tersebut ditampilkan berdiri pada mayat di atas tumpukan tengkorak; ia memegang pisau korban dan mangkuk dalam bentuk tengkorak. Hal ini dianggap sebagai 'potret patung' dari abad ke-14 Sumatera Raja Adityavarman. Adityavarman adalah anak dari seorang pangeran Jawa dan seorang putri Sumatera yang ditangkap selama kekalahan Melayu Jawa Timur di 1260. Adityavarman dikirim ke Sumatera, mungkin sebagai raja muda Majapahit; tapi rupanya dia memutuskan hubungan dengan pengadilan orangtua dan mendirikan kerajaan sendiri di Higlands dari barat Sumatera-daerah dianggap kaya akan emas dan budidaya padi. Di sana ia berusaha untuk memaksakan masyarakat istana Jawa-gaya antara orang-orang Minangkabau Matrilineal Egaliter. Adiyavarman meninggalkan beberapa prasasti 30 di seluruh Sumatera dan Jawa, dari mana yang menyimpulkan bahwa ia milik sebuah sekte Buddha esoterik yang berlatih mengatasi impuls negatif dengan memanjakan di dalamnya. Setelah kematian Adityavarman ini, Kerajaannya tampaknya telah menghilang.




15.  Siwa dan Parwati

Siwa, kadang-kadang digambarkan sebagai 'The Destroyer', adalah dewa transformasi. Patung ini menggambarkan Siwa dalam manifestasi-Nya Uma-Sahita-Murti, yaitu, bersama dengan istrinya, Uma / Parvati. Pasangan ini berdiri di posisi samabhanga (tegak dengan kaki bersama-sama) pada lotus alas persegi panjang. Angka-angka yang diukir dengan perhatian besar untuk detail ornamen mereka, seperti yang dipersyaratkan oleh India kanon Patung Agama.




16.  Dewa

Digambarkan di sini adalah dewa yang identitasnya tidak benar-benar yakin. The prabhamandala (halo) dan empat lengannya membuktikan statusnya ilahi-Nya. Dia berdiri di belakang binatang yang terlihat seperti singa bertanduk. Dari kemiripannya dengan gambar banteng Nandi pada gambar dari Nandi banteng pada plak emas Gemuruh (pada halaman 135), dianggap bahwa Creatur ini Nandi dan bahwa dewa ia membawa karena itu Shiva. Tangan kanan dewa memegang, objek undentified panjang; di tangan kiri belakang nya adalah kuncup teratai.



17.  Model Masjid

Model Masjid ini berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, bagian serambi muka terbuka dengan 4 buah pilar kayu. Bagian dalam merupakan ruang yang terbuka dengan mimbar untuk Khatib menjorok kebelakang, atap masjid berbentuk kerucut yang disebut kuil. Dipucuk kuil, terdapat bulatan yang disebut ”Mustika” yang berarti kepala.



10.  Koleksi Numismatik & Heraldik
 
Koleksi Numismatik terdiri dari benda-benda seperti koin, uang kertas dan token yang pernah beredar dan digunakan oleh masyarakat, di samping itu juga terdapat alat cetak uang.
 
1.      Rupiah / Gulden

Satu sisi ini 1/4 koin gulden adalah tertulis dalam naskah Melayu-Arab, yang lain dalam bahasa Belanda dengan lambang mahkota Belanda. Ini adalah contoh dari mesin-memukul, atau digiling, mata uang dibuat dengan die seperti yang ditunjukkan berlawanan, kiri atas.








2.      Kasha Coin Mould

Sepasang cetakan dari kasha koin, di permukaan memiliki 6 berbeda sisi koin (= dari 3 cpoins). Pada tiga sisi koin cetakan bantalan karakter bahasa Arab, membaca "wau" dan tahun 1267 Hijriyah Islam di posisition terbalik dan bulat lingkaran kecil. Pada cetakan lain sisi koin bantalan huruf Arab "Bandar Aceh Darassalam" di terbalik posisition dan bulat cirles kecil. Cetakan memiliki saluran air untuk dimasukkan ke dalam logam cair dan memiliki lubang kecil untuk mengikat untuk bergeming ketika cetakan diletakkan menghadap ke bawah.




3.      "Gobog" koin

Koin memiliki lubang dan ada bintang di sekitar lubang. Mengamati hewan dan "wayang" / tokoh wayang sekitar lubang bantalan. Membalikkan bantalan huruf Arab "La Ilaha Illallah, Muhammad Rasulullah" (tidak ada Tuhan hanya Allah, Muhammad adalah utusan Allah) "dikenal sebagai" Kalimat Syahadat ". Koin juga disebut" Pisis "dan mungkin beredar di babak era Kerajaan Majapahit.





 4. Medali

Medali Kehormatan dikeluarkan pada tahun 1937, pada kesempatan perayaan untuk memperingati ulang tahun 350rh kelahiran Jan Pieterszoon Coen (1587-1937), pendiri Batavia, Hindia Belanda, karena Indonesia kemudian disebut.



5.      Perangko

Cap ini dimiliki oleh Pangeran Penghulu Nata Alam Hamim al Qadhir Syara fil Balad Palembang.
 



 I1.  Koleksi Prasejarah


1.      Botol

Jar ini ditemukan bersama beberapa tulang dan 10 tengkorak manusia di kuburan. Its tubuh bulat, leher datar dan hamparan singel memberikan bentuk yang unik leher menyerupai tubuh manusia. Jar itu mungkin digunakan dalam upacara keagamaan, termasuk pemakaman.






2.      Lukisan batu

Ini awalnya dinding partisi antara dua kamar paralel dari conffin batu ganda. Permukaan dinding telah dihiasi dengan ilustrasi tangan tiga-jari, mata banteng. Penggambaran banteng dengan seseorang berkaitan erat dengan konsep ibadah leluhur dan lukisan itu mungkin dimaksudkan untuk memberkati almarhum pada nya wayto dunia roh.

3.      Rattan Bag

Kantong persegi ini telah dianyam dengan kain merah dan dihiasi dengan pinggiran bulu dan kulit kerang. Hal wa digunakan oleh pria untuk membawa berbagai benda, termasuk satu set sirih.


4.      Segi empat Axe

Kapak persegi empat, juga dikenal sebagai kapak, sebagian besar ditemukan di bagian barat Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Terbuat dari batu semi mulia, permukaan kapak khusus ini dipoles sampai lingkaran lembut muncul, dan itu akan telah terikat dengan pegangan dengan tali rotan. Dapat disimpulkan dari penampilan kapak yang menarik, cara itu sempurna dibuat dan bahan itu terbuat dari, bahwa contoh khusus ini kemungkinan besar jimat, penguburan barang atau barter objek sebagai lawan obyek sehari-hari.









 









5.      Axe melengkung

Ave melengkung ini juga telah terbuat dari batu semi mulia dan memiliki garis lembut di permukaannya sebagai akibat dari polishing. Meskipun tidak diketahui yang jenis alat polishing yang digunakan, ada bukti dari gerakan polishing memanjang dan miring. Sumbu melengkung, terbuat dari batu biasa, yang digunakan setiap hari untuk menggali dan memotong pohon tapi yang satu ini mungkin telah digunakan untuk upacara, penguburan atau barter.



 






6.      Axe melengkung

Alat menggali dan memotong ini berbentuk seperti pahat (kedua sisi sejajar dan tegak). Hal ini memiliki pisau bermata dua, dengan sisi atas melengkung dan dasar datar.





 










7.      Fosil Gading Stegodon (Taring Yang Menjadi Gading)

Fosil gading gajah(Elephas sp.) ini ditemukan pada lapisan kabuh. Dalam evolusinya, Gajah harus memanjangkan taring atasnya menjadi gading untuk mempertahankan diri dari serangan hewan-hewan pemangsa. Bibir atas juga ikut memanjang menjadi belalai agar Gajah dapat merumput ditanah.


8.      Bag (Noken)

Meskipun fabrikasi modern, desain tas ini memiliki asal-usul di zaman prasejarah. Jenis tas masih digunakan saat ini oleh para wanita dari suku Dani untuk membawa bahan makanan dan benda-benda lainnya. Tali ditempatkan di kepala sehingga tas terletak di bagian belakang, menjaga kedua tangan bebas.




 











9.      Axe Ceremonial

Panjang, melengkung menangani ofthis kapak dilemparkan bersama-sama dengan kepala kapak. Bagian atas pegangan berbentuk seperti disk aand dihiasi dengan pola gigi-seperti. Pisau menyerupai kipas angin, dan dikenakan desain sosok dengan kepala besar dan tubuh kecil.










 









10.  Gelang

Gelang ini memiliki motif tumpal pada tubuh dan itu digunakan untuk perhiasan, untuk menunjukkan status sosial dan sebagai objek seremonial.





 









11.  Kendi

Kendi ini memiliki ameander motif pada leher dan digunakan sebagai objek seremonial atau barter.



 









12.  Kapak

The kapak alat pertanian wasan butwasalso digunakan untuk upacara dan barter.





  

13.  Kjokkenmondinger

Kjokkenmondinger adalah rumpun kerang kerang dari akumulasi kerang dari moluska dimakan oleh Man Mesolithic.






 



14.  Tangan Axe

Banyak contoh dari jenis tangan-kapak yang ditemukan di Pacitan. mereka dibuat dengan teknik sederhana dan digunakan untuk hewan berburu.





 






15.  Kapal Ceremonial

Kapal ini berbentuk seperti keranjang bambu nelayan dengan segitiga, persegi, dikepang dan saling motif berbentuk S. Dalam desain batik, hiasan ini dikenal sebagai "motif parang". Kapal ini mungkin benda upacara.







16.  Dongsong gendang


Gendang adalah produk dari Dongsong dari Vietnam Utara, yang hidup pada milenium pertama SM, dan mereka telah ditemukan di seluruh Asia Tenggara. Di Indonesia, gendang telah ditemukan sebagian besar di sepanjang rute perdagangan laut dan itu adalah posibble bahwa mereka awalnya digunakan untuk barter. Mereka kemudian menjadi barang bergengsi, menunjukkan pangkat dan status, dan digunakan dalam ritual dan upacara, termasuk menyerukan hujan. Di Jawa Timur, gendang yang digali mengandung tulang manusia dan benda-benda lainnya. Itu telah digunakan sebagai peti mati untuk upacara penguburan sekunder dan barang-barang lainnya adalah hadiah dengan semangat almarhum. Setiap drum unik dihiasi dengan motifd geometris, manusia dan hewan motif (katak adalah simbol hujan dan kemakmuran), kano, rumah dan bintang lega tinggi. Banyak dari motif ini telah menjadi bagian integral dari pola desain pada tembikar dan tekstil.



 




















12.            Dan beberapa koleksi Baru dari Museum Nasional






Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil kunjungan dan observasi kami di Museum Nasional, dapat kami sampaikan sekadar testimonial dan penyimpulan untuk beberapa hal. Di antaranya, yakni: keberadaan museum dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai tempat memperdalam wawasan kehidupan masyarakat masa lampau dan berguna juga sebagai sarana rekreasi melepas penat dari hiruk-pikuk kehidupan perkotaan. Jika kita melihat sekilas manfaat dari museum tadi, namun masih terbilang sedikit dari kebanyakan masyarakat yang benar-benar berminat untuk mengunjungi museum. Hal ini terlihat ketika kami mengunjungi Museum Nasional pada tanggal 16 Desember 2014, sekitar pukul 09.00 - 11.00 WIB, beberapa pengunjung museum kebanyakan adalah orang-orang tua dan rombongan siswa dari beberapa sekolah. Sedangkan anak remaja terlihat tidak begitu banyak dibanding kelompok sebelumnya (kecuali bagi mereka yang mendapat tugas dari sekolah atau kampusnya). Padahal fasilitas-fasilitas dalam museum cukup mumpuni, meski tidak semuanya. Mungkinkah kesan bahwa museum itu merupakan tempat yang membosankan bahkan menakutkan masih tertanam dalam pandangan sebagian masyarakat Indonesia?
 

Terkait pembelajaran sejarah, keberadaan Museum Nasional bermanfaat sebagai sumber belajar guna memperkuat pemahaman para siswa terkait materi pelajaran sejarah tentang kehidupan masyarakat Indonesia dari masa pra aksara, masa Hindu-Buddha, dan terdapat materi tentang kebudayaan yang ada di Indonesia, serta masih banyak lagi. Dari museum, kita pun dapat memperoleh banyak informasi yang mungkin tidak kita temukan dalam buku pelajaran / buku teks. Untuk penutup, kami menyampaikan testimoni akhir, yakni semoga minat masyarakat Indonesia (pada umumnya) untuk mengunjungi museum makin meningkat, disertai dengan kesadaran untuk menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan museum beserta isinya. Bagaimana pun juga dengan terawatnya museum dapat merawat  juga warisan kebudayaan masyarakat di Indonesia pada masa lampau. Dengan demikian, ingatan generasi masa kini dan masa depan terhadap sejarah bangsanya tidak mudah terhapus dari pikirannya.

Komentar

Postingan Populer